Monday, April 30, 2007

Heroisme Polisi

Kejar DPO Menuai Bunker


Sepintas hanya terlihat sebuah rumah gubuk yang tak layak huni. Karena itu aparat keamanan dari pihak kepolisian dan TNI tak menaruh curiga kalau rumah yang beratap rumbia berdinding kayu dan berlantai semen lapuk itu menyimpan misteri besar bernama. “Bunker”

Posisi rumah itu berada di atas sebuah bukit kecil Gunung Jati. Tidak ada satu pun rumah yang mengapit. Dihalaman rumah ditumbuhi pohon coklat yang tak terurus. Beberapa pohon pisang dengan daun tuanya terjuntai ke tanah mengitari gubuk itu. Dibawah bukit baru terhampar perkampungan penduduk.

Saat memasuki rumah yang bertelak di kawasan PDAM, Tanah Runtuh Poso, itu juga tak menunjukkan tanda-tanda rumah itu ditinggali orang. Dinding rumah yang terbuat dari tripleks sudah berlubang Warnanya sudah kehitam-hitaman akibat terguyur siraman hujan. Bagian depan rumah terdapat teras kecil yang dipenuhi sarang laba-laba. Jendelanya terbuat dari kayu yang sebagian ditutup dan sebagian lagi dibiarkan setengah terbuka. Bagian dapurnya tak berdinding penuh. Hanya bagian bawah dan atas yang ditutupi papan kayu. Sepintas dapur itu tak berfungsi karena tak ada peralatan dapur seperti panci, piring dan peralatan dapur lainnya.

Namun bila ditelisik lebih jauh, dapur itu menjadi aneh karena ada sebuah beton kecil menyerupai septiktank disudut kiri dapur itu. Bongkahan galian tanah mengitari beton kecil itu yang berukuran 50 X 60 centimeter itu. Setelah penutupnya dibuka terlihat sebuah lubang gelap ukurannya pas satu badan orang dewasa. Lubang itu dilengkapi anak tangga yang bermata tiga. Diperkirakan kedalam lubang itu lima meter. Sedang luas lubang bunker 20 meter persegi. Didalam lubang itu terdapat sebuah lorong yang berfungsi sebagai ventilasi tempat masuknya udara. Sebuah pipa yang ditancapkan dibagian belakang rumah itu menjadi tempat masuknya udara.

Bunker itu ditemukan saat polisi melakukan pengejaran dan penyisiran terhadap 15 DPO kasus kekerasan yang melarikan diri pada pertempuran 22 Januari 2007 lalu. Penemuan itu bagi polisi seakan mendapat durian runtuh karena terkuak satu selubung baru para DPO Poso tersebut.

Mengejutkan memang, sampai-sampai kalangan politisi dari Senayan ikut memberikan komentar soal penemuan Bunker tersebut. Komisi I DPR sempat memberikan pujian terhadap Polri atas penemuan itu.

Dalam prahara 22 Januari 2007 lalu yang menewaskan 13 warga Poso dan satu aparat kepolisian tempat ini dijadikan sebagai tempat merakit bom. Seorang polisi yang pertama kali menemukan bunker itu pada 22 Januari 2007 mendapati sejumlah sajadah, buku-buku, dan alat perakitan bom ada dalam bunker itu.

Penemuan Bunker ini mengujutkan banyak orang, termasuk pihak aparat kepolisian. Sebab bukan cuma di Irak terdapat Bunker tapi juga ada di Poso. "Ini nyata ada bunker ini diluar dugaan kami" Kata Kapolres Poso, AKBP Rudy Sufahriadi.

Rudy menduga Bunker ini merupakan tempat persembunyian pada DPO bila mereka disisir aparat keamanan. Mungkin itu sebabnya para DPO itu seperti ditelan bumi bila mereka dikejar, hilang tanpa jejak.

Dilihat dari fisik bunker itu, diduga dibuat saat polisi mengumumkan 29 DPO kasus kekerasan di Poso dan wilayah Sulawesi Tengah. Seorang warga Poso yang dekat dengan para DPO mengatakan Bunker itu dibuat dua bulan belakangan ini Yang membuat bunker itu kata dia adalah para anak-anak bebek binaan Tugiran. Anak-anak Bebek yang rata-rata anak dibawah 15 tahun itu berperan sebagai mata-mata DPO bila ada polisi yang memaskui Gebang Rejo. Pasukan anak-anak bebek itu segera melaporkan bila ada pergerakan polisi mendekati wilayah Markas DPO seperti Tanah runtuh dan wilayah PDAM.

Kapolres Poso AKBP Rudi tak menampik anggapan itu. Ia menyebutkan bunker itu memang baru. Ia memperkirakan masih ada bunker lain yang belum ditemukan. Warga Poso yang dekat para DPO itu membenarkan. "Rencananya akan dibuat lima bunker sebagai tempat persembunyian" Ujarnya sembari menitip jati dirinya tak usah disebutkan.

Kini Bunker yang menyerupai gua itu dibiarkan begitu saja. Mungkin akan dijadikan monumen peristiwa 22 Januari 2007 lalu. Dinding depan rumah itu tertulis: Rumah ini dijual hubungi Basri. Entah apa maksudnya tulisan itu. Wallahu’alam bissawab.

Laporan ini dibuat atas kerjasama AJI Kota Palu dan Yayasan TIFA, Februari – Maret 2007